<$BlogRSDUrl$>

Saturday, September 22, 2007

pertama: berdamai dgn diri kita sendiri, misalnya jangan menyalahkan diri atas kemalangan, kerugian, kesalahan yg terjadi dulu
kedua: maafkan dia
ketiga: terima semuanya sebagai pembelajaran yg memperkaya pengalaman hidup kita
keempat: be single minded, be focus with your future.. future di sini bisa brarti besok enaknya ngapain... dibawa yg enak2 aja ndri
bagian dari yg keempat adalah bilang sama diri sendiri: be positive.. misalnya saya mau menikmati hidup lebih indah tanpa bayang2 masa lalu, tanpa kesedihan masa lalu.
gitcuuu...

Labels:


...tapi ndri.. mungkin teori gue ke BJ dulu bisa dicoba sebagai kalian sesama kepiting.. gue dulu bilang sama BJ, kalo elo ngumpet mulu di dalam sarang, sarangnya ketutup, gimana kepiting lain bisa tau elo di dalam baik2 aja atau sedang nunggu kepiting lain utk bertamu? terus.. kalo elo mendem mulu, gimana tau angetnya matahari, segarnya air laut.

Labels:


ada satu pepatah bagus, Bubin yang ngasih tau:
"a broken heart only could be healed by falling in love"

Monday, March 27, 2006

Ketika cinta harus memiliki
Tak ada hati yang bisa memungkiri
Jawaban apa yang akan dicari
Rasa tak bisa di jarak
Rindu tak bisa di takar
Nalar pun bisa di rusak
Ketika cinta harus memiliki
Saatnya hati mulai ditebak
Seberapa kuat dia mengelak

(Jakarta - 13 feb'06)



Senyum adalah hati yang disiram rasa dan mengalir dalam darah sehingga bibir terbentuk sedemikian rupa.

(Jakarta - 3 maret'06)



Malam, memasuki Bandung jam dua
Suasana hati masih seperti dulu
Merasakan dingin udara di kulit
Titik-titik lampu dilihat mata
Diantara gelap yang selalu menyimpan rahasia
Rahasia yang sampai kini tak terjawab juga.

(Tol Cipularang, 4 Maret 2006)



Foto,
Adalah bentuk yang ditangkap cahaya
Menjadi wujud yang punya makna
Pikiran yang menjelaskan apa yang ditangkap mata
Kemudian hati yang memberi jiwa.

(Jakarta - 14 maret'06)



Menunggu...

Akan terasa karena berjalannya waktu
Gerak bumi begitu cepat untuk kita ikuti
Degup jantung kadang tak bisa disadari

Raga tak pernah diam
Karena waktu akan mencari

Jiwa pada tempatnya
Sampai datang waktu untuk kembali

Menunggu...

Karena ada ruang waktu... yang akan diisi

(Jakarta - 16 maret ‘06)



Rumit
Bukan dari kata yang bermain
Bukan dari kalimat yang menari
Bukan dari cerita yang bertutur

Rumit
Ketika hatiku diisi benci
Dan pikiran tak mampu mengimbangi...:(

(Jakarta - 20 maret'06)



Raib

Ketika hilang diinginkan
tak terlihat
tak teringat
tak terpikirkan

Saat hilang diminta
Raib tujuannya
Karena
Ku tak bisa lupa

(Jakarta - 22 maret’06)

Friday, March 24, 2006

Antologi hati
Yang mengaduk sedemikian rasa
Untuk dilihat kelak...

12-2-06

Tuesday, December 13, 2005

“ Bunga senantiasa menyenangkan jika dipandang karena mereka tak punya emosi dan tak pernah konflik. ” (Sigmund Freud)

Wednesday, September 14, 2005

Dari semua kata yang bisa diliat, hanya kata hati yang tak bisa dibaca...
(geblek, gw ke gap kristy pas lagi nulis ini....)

Wednesday, July 27, 2005

Indah bukan untukku.

Keindahan sudah begitu dekat denganku
Tak hanya yang dilihat, didengar, diucapkan
Indah menjadi kata yang tak mungkin dijelaskan
Makna dan seperti apa

Indah ketika orang lain juga ikut merasakan
Ketika bersama-sama bisa menikmati
Indah memang tak akan cukup dijelaskan
Dengan rupa, kata, waktu, atau dimana indah itu berada

Indah menjadi resah
Ketika hanya dirasa
Ketika hadir di jiwaku
Dan orang lain tak tahu apa-apa

Indah menjadi resah
Ketika tak ada lagi
Yang bisa menjelaskan
Dengan rupa, kata, waktu, atau dimana indah itu berada
Indah menjadi misterius
Begitu menyiksa
Ketika hadir di hatiku tapi tak ada arti di hati mereka.

14 Maret 2004
14.49 WIB

Pelukis Hati
Sebuah coretan di atas kertas, dengan tarikan tangan memainkan kuas. Kuas tersebut mengalirkan cat yang membentuk garis. Garis tersebut kemudian saling menyambung membentuk gambar hati. Kadang dengan satu tarikan, gambar hati langsung jadi namun tidak selalu, kadang gambar hati terbentuk dari beberapa kali tarikan garis, tergantung dari suasana hati dari si pelukis. Kemudian gambar tersebut diarsir atau diwarna menjadi sebuah lukisan. Lukisan hati. Yang melukis hati tersebut adalah seorang pemuda. Setiap hari si pemuda bisa menghasilkan banyak lukisan hati. Namun tidak jarang satu lukisan hati kadang sangat berat untuk dia selesaikan, tergantung suasana hatinya saat itu. Setiap lukisan hati yang dia buat selalu dipajang di depan kamar sewaannya. Tetangga sebelah kamar si pemuda, sudah bosan dengan lukisan yang tidak pernah berganti dari tema hati. Mereka sudah tak peduli lagi lukisan hati seperti apa yang akan dihasilkan si pemuda setiap hari. Namun orang lain yang selalu lewat didepan kamar sewaan si pemuda selalu senang dengan lukisan hatinya dan selalu penasaran untuk mengetahui lukisan hati seperti apa yang akan dihasilkan. Pertanyaan tersebut selalu timbul dari orang-orang yang selalu lewat di depan kamar sewaan. Si pemuda selalu memajang lukisan hati hasil karyanya di depan kamar. Ada yang digantung dengan tali menutupi sisi depan kamar, ada yang digeletakan di lantai teras atau digantung di pagar. Setiap hari lukisan hati tersebut selalu menarik perhatian, orang-orang biasanya berhenti untuk melihat, jika tertarik mereka bebas mengambil. Si pemuda sudah merasa senang jika ada lukisan hatinya diambil orang. Walaupun tidak selalu habis. Kadang malam hari masih ada beberapa sisa lukisan hati yang keesokan harinya sudah di tempat sampah atau jadi alas pedagang keliling. Si pemuda sudah biasa dengan hal tersebut dan tidak ambil pikiran. Semua orang sudah mengenal lukisan hatinya, semua senang dan selalu mengambil lukisan yang sesuai dengan suasana hati mereka. Laki-laki,perempuan, tua, muda, remaja dan anak-anak. Semua lukisan yang dihasilkan selalu sesuai dengan suasana hati mereka.

Suatu ketika seorang gadis berbaju ungu lewat di depan kamar sewaan si pemuda. Dia melihat banyak lukisan hati, dia berusaha memilih lukisan yang dia senangi. Akhirnya dia memilih dua lukisan yang diinginkan. Pada saat yang bersamaan si pemuda keluar kamar sewaan dengan lukisan baru yang siap dipajang. Si pemuda kaget dan gadis tersenyum.
“Boleh aku mengambil dua?”
“Silahkan, berapapun yang engkau suka” kata si pemuda balas tersenyum.
Besok gadis yang sama datang lagi untuk melihat dan mengambil lukisan yang dia senangi. Hampir setiap hari sang gadis datang dan selalu membawa lukisan hati si pemuda. Kadang sang gadis bisa menebak apa maksud lukisan yang dia ambil atau dia minta si pemuda menjelaskan makna lukisannya. Lukisan-lukisan hati tersebut setiap hari selalu berubah bentuk,warna, komposisi dan makna yang dikandung. Ada lukisan yang bermakna suka cita, rendah hati, percaya diri, kasih sayang atau rasa iba dan kesedihan. Semua lukisan selalu berhubungan dengan suasana hati si gadis. Si pemuda tak kuasa jika sang gadis bersedih hati tapi dia melukis hati yang ria. Karena tanpa dipaksa, coretan kuas si pemuda selalu menggambarkan isi hati sang gadis. Jujur, bohong, iseng, cinta, iba, riang, tenang, selalu berubah setiap harinya.
Kemudian si pemuda membuat dua lukisan yang berbeda pada saat yang bersamaan. Berbeda makna dan bisa menjadi pilihan dari rasa dalam hati yang selama ini dia simpan.
“Bisakah engkau jelaskan, apa maksud dua lukisan ini?” suatu ketika sang gadis bertanya.
“Lukisan yang bernuansa warna merah melambangkan hati yang tulus untuk seorang yang dikasihi, cocok diberikan kepada orang yang engkau sayangi. Lukisan yang bernuansa warna kuning melambangkan ketulusan hati kepada seseorang yang hanya akan dijadikan teman terbaik dalam hidupmu” jelas si pemuda.
Sang gadis terdiam.
“Aku akan menyerahkan salah satu lukisan ini kepada kamu, bolehkah?”
Si pemuda pun diam.
“Aku akan memberikan lukisan yang bernuansa warna kuning kepadamu” jelas si gadis sambil tersenyum.
“Aku akan menjadikan kamu sahabat terbaik yang pernah aku miliki” kata si gadis sambil menyerahkan lukisan tersebut pada si pemuda. Si gadis melangkah pergi dan pemuda merasa senang dengan niat baik seorang gadis yang telah dia terima.
Setiap hari si pemuda tetap melukis hati dan hampir setiap hari juga sang gadis datang dan mengambil lukisannya. Sampai gadis itu menghilang dan tak pernah lagi mendatangi si pemuda.
Suatu ketika kamar sewaan si pemuda didatangi seorang gadis berbaju biru. Gadis ini begitu percaya diri untuk memilih lukisan-lukisan yang dibuat si pemuda. Bahkan si gadis meminta dibuatkan lukisan untuk menggambarkan suasana hatinya. Si gadis selalu terbuka untuk bercerita kepada si pemuda. Mungkin karena si gadis melihat si pemuda seorang yang dapat dipercaya. Atau karena mereka punya kedekatan selera. Si gadis tidak hanya meminta lukisan tapi juga bisa diajak diskusi tentang titik yang jadi garis, garis yang mewujudkan bentuk dan bentuk yang menghasilkan makna. Semua serba terbuka, si pemuda merasa belum pernah ada orang yang terbuka pada dirinya, apalagi seorang gadis.
Kemudian si pemuda membuat dua lukisan yang berbeda pada saat yang bersamaan. Lukisan yang bernuansa warna merah dan kuning. Berbeda makna dan menjadi pilihan dari rasa dalam hati yang selama ini dia simpan.
“Bisakah engkau jelaskan, apa maksud dua lukisan ini?” sang gadis bertanya.
“Lukisan bernuansa warna merah melambangkan hati yang suci untuk seseorang yang engkau cintai sepenuh hati. Berikan kepada orang yang engkau sayangi. Lukisan dengan nuansa warna kuning melambangkan ketulusan hati kepada seseorang yang dijadikan teman yang dipercaya dan tempat berbagi dalam hidupmu” jelas si pemuda.
Sang gadis terdiam.
“Aku akan menyerahkan salah satu lukisan ini kepada kamu, bolehkah?”
Si pemuda pun diam.
“Aku akan memberikan lukisan dengan nuansa warna kuning kepadamu” jelas si gadis sambil tersenyum.
“Aku akan menjadikan kamu orang yang sangat kupercaya dan tempat berbagi, seorang yang bernilai dalam hidupku” kata si gadis sambil menyerahkan lukisan tersebut pada si pemuda. Si gadis melangkah pergi dan pemuda merasa senang dengan ketulusan seorang gadis yang telah dia terima.Si gadis berbaju biru itu pergi dan tak pernah kembali lagi.
Suatu senja rumah sewaan si pemuda didatangi seorang gadis berbaju kuning. Wajahnya yang cantik tetap tidak bisa menyembunyikan kesedihan hatinya. Seperti makna sedih dari lukisan yang baru saja diselesaikannya senja itu. Si pemuda menyerahkan lukisan tersebut kepada si gadis. Gadis hanya mengucapkan terima kasih dan langsung pergi. Setiap hari gadis tersebut datang untuk meminta lukisan hatinya. Dan setiap hari pula si pemuda bisa menebak isi hati si gadis. Karena lukisan yang dia buat selalu sesuai dengan suasana hati si gadis. Si gadis heran kenapa si pemuda bisa menebak isi hatinya tanpa dia bercerita atau melihat raut wajahnya. Si pemuda juga heran karena setiap coretan-coretannya selalu ada yang mengatur untuk menjadi sedih, gembira, tenang, cinta, cemburu, percaya diri, rendah hati, selalu berubah sesuai dengan isi hati si gadis. Si gadis merasa si pemuda adalah belahan jiwanya. Karena si pemuda bisa menebak isi hati si gadis tanpa perlu menjelaskan dengan kata atau berekspresi dengan raut muka.
Seperti biasa, si pemuda membuat dua lukisan yang berbeda nuansa warna pada saat yang bersamaan. Berbeda makna dan bisa menjadi pilihan dari rasa dalam hati yang selama ini dia simpan.
“Bisakah kamu jelaskan, apa maksud dua lukisan ini?” sang gadis pun bertanya.
“Lukisan yang bernuansa merah melambangkan hati suci hanya untuk seseorang yang engkau cintai sepenuh hati. Orang yang engkau sayangi, yang akan mengobatimu jika terluka, yang akan menghiburmu jika sedih dan yang akan melindungimu jiwa dan raga. Lukisan yang bernuansa kuning melambangkan ketulusan hati kepada seseorang yang lebih dari seorang teman dan telah menjadi saudara. Tempat berbagi susah dan senang dan yang akan menunjukkan arah yang benar” jelas si pemuda.
Sang gadis terdiam.
“Aku akan menyerahkan salah satu lukisan ini kepada kamu, bolehkah?”
Si pemuda pun diam.
“Aku akan memberikan lukisan bernuansa kuning ini kepadamu” jelas si gadis dengan wajah berseri.
“Engkau orang yang sangat mengerti tentang diriku, yang akan menjagaku dari pikiran pendek yang menyesatkan dan yang akan mengingatkanku akan banyak pilihan cita dan cinta di masa depan. Engkau menjadi saudaraku ” kata si gadis sambil menyerahkan lukisan tersebut pada si pemuda. Si gadis melangkah pergi dan pemuda merasa senang dengan ketulusan seorang gadis yang telah dia terima.Seperti biasa, si pemuda sudah jika si gadis akan pergi dan tak pernah dijumpai lagi.
Suatu pagi seorang gadis dengan baju merah lewat di depan kamar sewaan si pemuda. Si gadis hanya melirik tanpa memperhatikan semua lukisan seperti orang-orang yang lain. Si pemuda berpikir kalau si gadis tidak tertarik dengan lukisan hatinya. Selang beberapa hari, si gadis lewat dan mulai memperhatikan semua lukisan yang dipajang. Si pemuda tetap merasa, si gadis bukan orang yang suka dengan lukisan hatinya. Karena tidak semua orang suka lukisan hati walaupun setiap orang punya rasa di dalam hatinya. Si pemuda tetap melukis dan si gadis tetap memperhatikan karya-karya si pemuda. Suatu hari si pemuda mencoba menebak isi hati si gadis dengan membuat sebuah lukisan. Lukisan dipajang pada saat si gadis lewat. Saat itu si gadis langsung berhenti dan memperhatikan dengan diam. Dengan sungkan si gadis meminta lukisan tersebut.
“Ambillah bila engkau suka, itu hanya lukisan yang bermakna ragu-ragu untuk meminta” jelas si pemuda sambil tersenyum.
Si gadis balas tersenyum, mengambil lukisan, mngucapkan terima kasih dan melangkah pergi.
Setiap gadis itu lewat, si pemuda selalu penasaran dengan isi hati si gadis. Karena tidak selalu lukisan yang dia buat selalu sama dengan suasana hati si gadis. Sejalan dengan waktu, ada perubahan yang berarti bagi si pemuda. Si gadis mulai memperhatikan lukisan-lukisan yang dia hasilkan. Kadang si gadis bercerita tentang isi hatinya dan si pemuda membuat lukisannya. Atau si pemuda menebak isi hati si gadis dengan lukisan yang dia berikan. Si gadis menerima dengan suka cita. Sempat beberapa waktu lamanya, si pemuda tidak pernah membuat lukisan hati. Si gadis bertanya dengan sedih.
“Kenapa engkau tidak lagi membuat lukisan hati untukku?”
“Maafkan aku, bukannya tidak ingin atau lupa, tapi aku hanya ingin bertanya, mungkin lukisan-lukisanku tidak sesuai dengan hati yang engkau punya”.
“Aku tidak perlu menjawab pertanyaan itu, karena engkau sendiri telah tahu jawabannya” jelas si gadis.
Si pemuda hanya diam, dia menghargai pernyataan si gadis yang dengan bijak membalikkan pertanyaan pada si pemuda.
Sejak saat itu, si pemuda selalu membuat lukisan hati dengan satu tema. Lukisan tersebut selalu diterima dengan senang hati oleh si gadis.
“Ini lukisan dari hatiku, semoga engkau berkenan menerimanya” kata si pemuda.
“Lukisan ini bermakna cinta” jelas si pemuda.
Si gadis tersenyum.
“Aku sudah tahu maknanya, terima kasih ya!”
Si pemuda senang, karena si gadis telah menerima sebuah lukisan dari hatinya yang paling dalam. Kemudian si pemuda setiap hari selalu membuat lukisan untuk diberikan kepada si gadis. Setiap hari dengan beragam tema; perhatian, gembira, rasa senang dan cinta. Walaupun hati si pemuda tidak selalu merasakan semua itu karena si pemuda tetap merasa sedih jika si gadis hanya mampir sebentar untuk menerima lukisan dan pergi. Kadang merasa kecewa karena lukisan yang telah dibuat untuk si gadis tidak jadi diambil. Namun si pemuda tetap yakin, kalau si gadis telah tahu isi hatinya dari setiap lukisan yang telah dia berikan. Kalau si gadis tidak datang, si pemuda mengirimkan lukisan hatinya kepada si gadis. Pertanyaan yang sama selalu timbul dari diri si pemuda, apakah lukisannya pantas untuk si gadis. Karena selama ini si pemuda hanya melukis isi hati orang lain dan tidak pernah melukis isi hati sendiri.
Si pemuda bertanya kepada si gadis dengan sebuah lukisan.
“Apakah engkau tahu rasa yang tersimpan dalam hatiku, demikian makna lukisan ini” kata si pemuda.
Si gadis tersenyum menerimanya.
“Aku terima lukisan ini dan kuharap engkau tahu jawabannya” kata si Gadis.
Si pemuda tidak tahu harus berkata apa. Dia sulit mencari makna kata si gadis. Apakah pernyataan tadi harus dijelaskan dengan gamblang seketika atau hanya waktu yang akan memberi arti. Setiap hari si pemuda selalu memberikan lukisan hatinya pada si gadis. Si pemuda lalu membuat dua lukisan kembar seperti biasanya. Walaupun berbeda nuansa warna tapi kali ini memiliki makna yang sama. Kedua lukisan itu melambangkan niat suci kepada seseorang untuk dicintai.Kedua lukisan dikirimkan si pemuda kepada si gadis. Karena sejak saat itu si gadis tidak pernah lagi datang.
Sampai suatu senja, si gadis berbaju merah datang dengan setumpuk lukisan yang selama ini dikirimkan oleh si pemuda untuknya. Si gadis meletakkan semua lukisan tersebut di teras kamar sewaan. Si pemuda hanya diam melihat dan berusaha menebak apa yang akan terjadi.
“Maafkan aku” kata si gadis.
“Dengan terpaksa aku harus mengembalikan semua lukisan hatimu ini” jelas si gadis tanpa ekspresi.
“Aku sangat senang dengan semua lukisan yang engkau beri dan aku terima, kemudian kita bersama yang memberi makna!”
“Tapi aku tidak ingin hanya untuk kesenanganku semata!” lanjut si gadis.
“Kenapa?” tanya si pemuda.
“Aku tidak ingin menyakiti seseorang yang begitu baik kepadaku!”.
“Seorang yang telah menyampaikan isi hatinya, rasa cinta, kasih sayang dan perhatian kepadaku!”
“Lewat lukisan-lukisan hatinya” si gadis melanjutkan.
Si pemuda diam.
“Aku selalu tahu makna dari setiap lukisan hati yang engkau beri tapi sekarang aku harus jujur kalau aku telah lama memiliki orang lain yang aku sayangi, jauh sebelum rasa cinta dan kasih sayangmu hadir dalam lukisan yang engkau beri” lanjut si gadis.
“Aku telah melakukan kesalahan dan aku mohon maaf” si gadis menutup pembicaraan.
Si pemuda tetap diam.
Si pemuda menatap tumpukan lukisan di lantai teras, menatap langit yang gelap tanpa bintang, menatap si gadis yang mulai beranjak pergi, menatap pagar yang kosong tanpa lukisan. Gerimis mulai turun. Angin bertiup. Tumpukan lukisan mulai terbang melayang, tergeletak dijalanan, terinjak orang, sobek dan hancur basah disiram hujan.

Bintaro, 16 Maret 2004

Wednesday, July 13, 2005

cinta itu euphoria
jika hanya penjawab tanya
tak hanya jawaban sukma dan raga

This page is powered by Blogger. Isn't yours?